Archive for June, 2012

Finding Destiny (Eps. 28) : Rasa Itu

“Ping” bbm itu bermula dari sebuah ping. Dan selanjutnya perasaan Mia campur aduk.

Mia sudah mencoba setenang mungkin membalas bbm dari Mukti yang lebih sering disapanya Muts2. Tapi perasaannya, hatinya, tak bisa diajak kompromi.

Sebagai mantan pacar, hal itu memang wajar. Tapi ini rasanya tidak pantas untuk orang seperti Muts2 yang sudah dengan teganya mencampakkan Mia.

Tapi Mia bisa apa? Ia tak mungkin mengacuhkan bbm Muts2. Ia sudah mencoba sebiasa mungkin membalasnya. Bahkan tidak mencoba membuka obrolan baru.

Arrrrggghhh… Gara2 nonton sinetron putih abu2 tadi, Mia jadi kangen ingin diperhatiin, ingin dimanjakan. Dan kenapa Muts2 hadir di saat yang tepat?

Lupakan… Lupakan….

Leave a comment »

Finding Destiny (Eps. 27) : Teman

“Maaf minggu ini aku ga bisa” sms Rina pada Mia.

Aihhh… Minggu kemarin Ria yang ga bisa.

Mia kesal pada teman-temannya. Impiannya ingin ke pantai. Rencana mereka dari bulan Januari. Sudah 5 bulan berlalu, janji itu tak kunjung ditepati.

Mia makin merasa terpuruk, apalagi saat Rama tadi bbm “ntar kita jalan2 ya liat2 rumah banjar, ajakin temen2 kamu”.

Jleb, teman? Mia tak punya teman. Siapa orang yang bisa diajaknya jalan? Tidak ada orang yang bisa gila2an dan menuruti sesuka hati kemana saja Mia mau. Sari, sepupunya lagi pulang kampung.

Mia kesepian. Aaarrrrgghhhh….

Leave a comment »

Finding Destiny (Eps. 26) : Jilbab

Mia baru saja menyelesaikan nonton TV nya. Ada yang terasa mengganjal di hatinya. Satu scene di sinetron tadi ada yang mengetuk hatinya dan tidak sesuai nuraninya.

“Yang penting jilbabin hati kamu dulu, baru kamu pake jilbab” ucap sang ayah pada anaknya yang sedang mencoba jilbab baru.

Mia kesal, Mia kecewa dengan sang Ayah. Mia beda pendapat.

Menurut yang Mia pernah dengar, seharusnya kita memang men’jilbab’ i diri kita terlebih dahulu, itu sangat penting. Tidak ada hubungannya dengan jilbab hati ataupun tidak.

Misalkan saja di jalan raya. Punya SIM atau tidak, lancar berkendara atau tidak, kita harus pakai helm kan. Kalau kita pakai helm, maka kemungkinan untuk ditegur dan di razia polisi itu sangat kecil.

Kalau kita tidak pakai helm, maka kemungkinan akan ditegur polisi. Dan apakah kita mungkin akan menjawab “ga usah pakai helm pak, yang penting kan punya SIM dulu atau yang penting kan lancar berkendara dulu”.

Nah itu analoginya. Sebagai seorang muslim, maka ciri khasnya kita adalah berjilbab, kalau kita berjilbab maka orang akan tahu kita adalah muslim. Kalau tidak, maka identitas kita masih diragukan. Wallahu alam.

Mia hanya sekedar ingin berbagi apa yang ada di pikirannya.

Leave a comment »